Taliwang - Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tengah menghadapi pertempuran senyap melawan HIV/AIDS. Dinas Kesehatan (Dinkes) KSB, yang telah berhasil mencapai skor 100 persen dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) pengendalian HIV/AIDS, kini berhadapan dengan tantangan besar: mendeteksi kasus di kalangan laki-laki seks laki-laki (LSL).
"Kami rutin melakukan sosialisasi dan tes darah untuk penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS, kepada kelompok kunci di Taliwang, Maluk, dan Poto Tano," ungkap Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinkes KSB, Indra Alamsyah. "Kerja sama dengan puskesmas juga berjalan lancar dalam pemeriksaan kesehatan ini."
Namun, upaya tersebut menghadapi kendala signifikan. Berbeda dengan wanita pekerja seks (WPS) dan waria yang cenderung berkumpul di lokasi tertentu, LSL jauh lebih sulit dideteksi. Aktivitas mereka yang tersebar dan kurangnya tanda-tanda fisik yang jelas menjadi penghalang utama.
"Sulit untuk langsung menuduh seseorang terjangkit HIV/AIDS," jelas Indra. "WPS lebih mudah dideteksi karena aktivitas seksual mereka lebih terpusat. Sedangkan LSL, mereka bugar secara fisik dan tidak memiliki tempat operasi yang tetap." Rabu (05/02)
Untuk mengatasi hal ini, Dinkes KSB memanfaatkan aplikasi Walla, sebuah platform obrolan sesama pria. Aplikasi ini membantu memperkirakan jumlah populasi LSL di KSB. "Walla membantu kami mendeteksi populasi LSL, namun tidak otomatis mendeteksi status HIV/AIDS mereka," tambah Indra.
Hasil investigasi dan interaksi dengan LSL melalui aplikasi ini memperkirakan sekitar 534 LSL aktif di KSB. Angka ini menjadi perhatian serius bagi Dinkes KSB dalam melanjutkan upaya pencegahan dan deteksi dini HIV/AIDS. Pertempuran senyap ini menuntut strategi inovatif dan pendekatan yang lebih sensitif untuk menjangkau kelompok rentan ini. (An).